Friday, July 12, 2024

Kiat Menulis Feature

            Pada pelatihan “Peningkatan Kapasitas Penulisan” awal Juli lalu, peserta dibekali ilmu “Menulis Feature”. Kami belajar bersama ibu Budiana Indrastuti, Kepala UKK UI Publishing yang tak perlu diragukan jam terbangnya dalam kepenulisan. Beliau mengawali sesi dengan bercerita pengalaman beliau di bidang tulis-menulis, khususnya non fiksi. Dari cerita-cerita tersebut, beliau menggiring pada 1 pertanyaan penting yang perlu kita jawab terlebih dahulu sebelum kita mulai menulis, yaitu: Menulis untuk Apa? 

            Ada banyak kemungkinan alasan mengapa kita perlu menulis. Bagi wartawan misalnya, menulis memang tuntutan pekerjaan. Namun bagi orang tua seperti saya, menulis bisa jadi dalam rangka dokumentasi tumbuh kembang anak, berbagi pengalaman sebagai orang tua yang barangkali bisa menjadi kenangan bagi sang anak dan beragam alasan lainnya. Setelah menemukan alasan terbesar, biasanya penulis akan terus memiliki ‘bahan bakar’ untuk mencapai tujuan yang lebih jelas. 



Menulis adalah bagian dari proses komunikasi, sehingga interaksi dengan pembaca sangat penting. Untuk menarik pembaca, apalagi ketika harus bersaing dengan ribuan tulisan lain, penting untuk fokus pada cara kita mengkomunikasikan ide kita dengan jelas dan menarik. Seperti yang disampaikan bu Budiana, tantangan penulis adalah menghasilkan tulisan yang dapat memikat satu dari seribu pembaca potensial. Kita perlu berlatih komunikasi yang lebih lengkap dan tepat, termasuk ketika menulis apapun, tanpa singkatan yang membingungkan. Hal ini penting untuk memastikan pesan kita tersampaikan dengan baik.

Feature adalah karangan khas yang merupakan perpaduan opini sang penulis disertai fakta pendukung. Judul tulisan memainkan peran penting dalam menarik perhatian pembaca. Perannya sangat besar untuk memikat orang sebelum mereka membaca isi tulisan. Hal ini mengingatkan kita bahwa menulis bukan hanya tentang isi, tetapi juga bagaimana kita mengemasnya untuk menarik perhatian. Judul sebagai hook yang mampu menangkap calon pembaca: tidak panjang, relevan dengan pembaca, menarik, tidak dibuat-buat dan tentu saja konsisten dengan tujuan tulisan. 

Saat menulis, kita harus tetap fokus pada pokok pembahasan tanpa bertele-tele. Pesan kita harus jelas dan langsung, mengikuti prinsip 5 W + 1 H untuk memastikan semua aspek yang relevan tercakup. Hal ini akan membantu kita mempertahankan minat pembaca dari awal hingga akhir, sehingga mereka tidak berpaling ke bacaan lain. Yang dimaksud 5 W + 1 H yaitu: What (apa), When (kapan), Where (di mana), Who (siapa), Why (mengapa) dan How (bagaimana). Keenam komponen ini tidak harus disajikan urut dalam sebuah tulisan tapi semuanya harus ada. 

Lalu bagaimana mulai menulis dengan mudah? Bu Budiana memberi trik penting, yaitu Copy The Master. Tidak jauh berbeda dengan teknik ATM: Amati, Tiru, Modifikasi. Caranya, kita bisa pilih salah satu artikel dari penulis yang kita anggap baik reputasinya. Dari tulisan tersebut kita adaptasi urutan penyampaian 5 W + 1 H. Bukan sekadar menyalin tulisan dan memodifikasi, namun benar-benar menulis dengan ide kita sendiri. Misal paragraf pertama artikel yang ditiru menulis what, peristiwa A yang sedang dibicarakan, kita juga menulis kejadian B yang benar-benar berbeda. Paragraf kedua membicarakan how, bagaimana peristiwa A itu terjadi, kita juga menuliskan kronologi kejadian B dengan gaya penulisan kita sendiri. 

Sejujurnya, untuk teknik 5 W + 1 H bukan pengetahuan baru bagi saya. Yang benar-benar menginspirasi, khususnya bagi saya yang baru kembali ke dunia kepenulisan lagi, adalah insight mengenai Copy The Master. Referensi belajarnya bisa sangat banyaaaak sekali. Tinggal bagaimana kita sering berlatih supaya semakin luwes dalam mengcopy tentu dengan ide dan gaya penulisan kita sendiri. Tertarik untuk mencoba juga?

x

No comments:

Post a Comment