Cuaca panas ekstrem yang kita rasakan akhir-akhir ini bukan tanpa sebab. Peningkatan suhu bumi diduga sebagai tanda adanya perubahan iklim secara global. Perubahan iklim adalah pergeseran jangka panjang suhu rata-rata bumi dan kondisi cuaca. Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan industrialisasi yang dilakukan manusia. Dampaknya tentu tidak bisa dianggap remeh karena dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati termasuk manusia itu sendiri.
Dalam rangka merespon isu Perubahan Iklim ini, Kemendikbudristek RI telah mengambil langkah nyata. Melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kemendikbudristek RI menerbitkan Panduan Pendidikan Perubahan Iklim. Panduan ini merupakan bagian penting dalam Kurikulum Merdeka yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi sekolah, guru, orang tua, dan seluruh pemangku kepentingan untuk melaksanakan pendidikan yang ramah lingkungan. Mengingat filosofi Kurikulum Merdeka tentang membangun manusia merdeka yang dapat bersandar atas kekuatannya sendiri, maka perubahan iklim pun perlu disikapi dengan adanya aksi bersama di level global maupun lokal, termasuk di tingkat satuan pendidikan.
Dengan adanya Pendidikan Perubahan Iklim, diharapkan peserta didik dapat dipersiapkan untuk menjadi generasi yang berketahanan terhadap dampak krisis iklim sekaligus berkontribusi dalam menurunkan emisi, serta turut menjadi solusi dalam isu lingkungan di sekitarnya. Tujuan Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka termasuk untuk mendukung Indonesia dalam memanfaatkan kesempatan ekonomi hijau, yaitu pertumbuhan ekonomi yang lestari dan rendah karbon, mewujudukan potensi solusi iklim berbasis alam, kesempatan pekerjaan hijau dalam transisi karbon dan pondasi bagi pengembangan keterampilan hijau.
Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka diimplementasikan dengan prinsip dan pendekatan “RAMAH”, yang merupakan kependekan dari Relevan, Afektif, Merujuk Pengetahuan, Aksi Nyata dan Holistik. Dengan prinsip relevan, Pendidikan Perubahan Iklim disampaikan dengan memberikan pemahaman global, namun diterapkan sesuai keunikan konteks krisis iklim di daerah satuan pendidikan. Pendekatan afektif artinya Pendidikan Perubahan Iklim diharapkan bisa menginspirasi untuk mengambil peran aktif dengan menyentuh perasaan/emosi, menumbuhkan empati, membangun nilai dan etika. Pendidikan Perubahan Iklim sepatutnya merujuk pengetahuan, yaitu menggunakan data illmiah, informasi teknologi, kearifan lokal, bahkan informasi yang berasal dari alam sekitar. Output Pendidikan Perubahan Iklim tentunya diharapkan menjadi aksi nyata untuk memecahkan permasalahan krisis iklim di lingkungan satuan pendidikan. Dengan adanya pendekatan holistik, isu Perubahan Iklim dapat dipelajari dalam berbagai mata pelajaran bahkan menjadi bagian dari intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, bahkan budaya sekolah.
Buku Panduan Pendidikan Perubahan Iklim yang telah diluncurkan Kemendikbudristek RI sebagai alat bantu implementasi tentunya tidak menambah beban baru di luar Kurikulum Merdeka, namun melengkapi praktik baik yang sudah berjalan. Satuan Pendidikan juga diberi keleluasaan untuk memakai sumber daya yang sudah ada. Penerapannya pun tidak hanya menggantungkan pada tenaga pendidik, tetapi melibatkan seluruh pemangku kepentingan, yaitu tenaga pendidik, peserta didik, masyarakat sekitar, pemerintah daerah, bahkan orang tua.
Orang tua perlu mendukung Pendidikan Perubahan Iklim sesuai amanah Ki Hadjar Dewantara, yaitu pendidikan berpusat bukan hanya di sekolah dan masyarakat, tetapi juga dalam keluarga. Langkah nyata kolaborasi satuan pendidikan dengan orang tua yang dapat dilakukan antara lain:
1. Berangkat dari konteks lokal: apa tantangan iklim di sekitar saya?
Contohnya di Bandung, kota tempat tinggal kami, sempat terjadi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hingga menyebabkan kebakaran. Dampaknya, petugas sampah tak mampu membuang sampah ke TPA hingga akhirnya sampah-sampah pun berserakan di pinggir jalan.
2. Memberikan paparan informasi yang benar dengan mengaitkan pada konteks lokal
Di sekolah anak kami pada semester lalu dilakukan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema “Gaya Hidup Berkelanjutan”. Pada kegiatan tersebut dilakukan pengenalan terhadap jenis-jenis sampah dan peran bank sampah di sekitar Bandung dalam pengelolaan sampah.
3. Membangun kebiasaan ramah lingkungan
Dalam rangka mengurangi sampah, murid-murid di sekolah anak kami diwajibkan membawa sendiri air mineral dari rumah dengan menggunakan botol minum. Selain itu, murid-murid juga diminta memilah sampah tak hanya di sekolah tetapi juga di rumah.
4. Memotivasi anak untuk konsisten melakukan aksi mitigasi dan adaptasi
Bukan hanya memilah sampah, murid-murid juga diminta menanam tumbuhan di rumah. Orang tua berperan untuk mendampingi anaknya dalam merawat tumbuhan tersebut dan mencatat perkembangannya.
5. Melakukan aksi kolektif bersama anak dan mengampanyekan ke lingkungan sekitar
Di akhir semester, sekolah anak kami menyelenggarakan Expo P5. Pada acara tersebut orang tua diundang ke sekolah untuk mendengar presentasi dan penampilan anak-anaknya seputar “Gaya Hidup Berkelanjutan”. Melalui acara ini, orang tua juga diajak turut berkontribusi dalam aksi nyata bersama anak-anaknya.
Pendidikan Perubahan Iklim yang diperoleh anak-anak kami di sekolah menular di rumah. Sejak mengenal jenis-jenis sampah, kami sekeluarga menjadi lebih serius dalam mengelola sampah. Praktik baik yang kami lakukan antara lain memilah sampah berdasarkan jenis-jenisnya: Sampah organik kami masukkan ke compost bag, sedangkan sampah anorganik kami pilah berdasarkan kategorinya, lalu jika sudah terkumpul kami setorkan ke Bank Sampah atau kami berikan kepada pemulung untuk didaur ulang.
Perubahan Iklim tentunya perlu disikapi dengan bijak oleh seluruh komponen masyarakat, termasuk anak-anak. Mengutip pernyataan Kepala BSKAP, Pak Anindito Aditomo, “Kesadaran yang dibangun sejak dini akan membantu anak-anak menjadi agen perubahan dalam merespons krisis iklim yang mereka hadapi di masa depan.” Sehingga pendidikan sejak dini penting dalam meningkatkan pemahaman anak-anak tentang isu perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Mari wujudkan Pendidikan Perubahan Iklim sebagai gerakan bersama untuk generasi hari ini dan yang akan datang!
Referensi: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/file/1724727813_manage_file.pdf
No comments:
Post a Comment