Sunday, July 24, 2016

Belajar Mendengarkan

Alhamdulillaaah, mulai tahun ajaran ini kepala sekolahnya anak-anak mengadakan kelas parenting untuk orang tua murid dengan mengundang kang Harry, dosen Psikologi UnPad. Setiap pertemuan mengangkat tema berbeda. Yang seru dalam acara ini kang Harry tidak monoton berada di depan sebagai pembicara tapi mengajak para peserta untuk berpartisipasi. Berikut ini rangkuman kelas hari ini: 

Notulensi Sesi Parenting
Hari, tanggal: Minggu, 24 Juli 2016
Tema: Mendengar dan Bertanya
Pembicara: kang Harry

-          - Beberapa masalah pada anak biasanya yang menjadi sumber masalahnya adalah orang tua jadi belajar mengerti perlu dimulai dari belajar memahami pasangan hidup, kemudian memahami anak-anak.
-         -  Kelas dimulai dengan pembagian peserta menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan berikut:
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, perilaku apa yang ditampilkan orang lain yg menunjukkan bahwa orang tsb memahami saya dan apa yang dilakukannya saat tidak memahami saya? Dari hasil diskusi kelompok, muncul indikator-indikator berikut ini:
Mengerti
Tidak mengerti
Kontak mata
Cuek
Kooperatif
Fokus pada diri sendiri
Mau diajak bekerjasama
Berkomentar negative
Mengangguk-angguk
Marah/berteriak
Mendengarkan dengan seksama
Devensife/menghindari diskusi
Cepat tanggap
Melamun
Peka terhadap perilaku orang lain & lingkungan
Ikut bicara
Ada feedback
Enggan melaksanakan yg diperintahkan
Memberi saran
Tidak ada kontak mata
Bertanya lebih dalam
Tidak merespon
Memeluk (pada saat dan cara yg tepat)
Tidak member solusi atau ide
Berusaha menyenangkan hati
Memaksakan kehendak
Berusaha menenangkan
Fokus pada diri sendiri
Bertanya lebih lanjut
Bertanya terus -> bisa jadi enggan mengerti, memang tidak mampu mengerti (ada masalah memori), atau yang berbicara kurang mampu menjelaskan  
Tersenyum tulus: tidak diformat, spontan,
Saat orang lain butuh didengarkan, kita malah minta didengarkan balik.
Contoh: “aku jatuh dari tangga”
dikomentarin: “ah, kayak gitu aja diceritain”

Saat orang lain bercerita, kita malah menyeramahi -> ini menunjukkan ceramahnya lebih berharga dibandingkan mendengarkan
(riset kang Harry: saat remaja Bandung ngga mau menjadikan ortu sebagai tempat curhat karena saat curhat ke ortu tapi malah diceramahin)

Memotong pembicaraan

Selective listening: mendengarkan hanya yang ingin didengarkan

- Menurut kang Harry, 3 fase yang dapat dilakukan untuk memahami orang lain:
1. Attending: hadir sepenuhnya di sini untuk mendengarkanmu
Bisa ditunjukkan dengan perilaku verbal (“ooo, oya?, hmmm”) dan non verbal (tersenyum, open gesture, menghadap yang bersangkutan. Kontak mata hanya perlu dipelihara, tidak disarankan untuk dilakukan terus menerus. Tapi ini sangat tergantung pada nilai yg dianut. Hanya butuh 60-80% kontak mata. Lebih dari 80% adalah pertanda ada salah satu yang ingin mendominasi percakapan tersebut, atau romantic relationship.
2. Touch: sentuhan, pelukan, menyetuh punggung tangan.
3. Nod: anggukan

Proses pemahaman: Attending -> interpreting -> responding

Responding terdiri dari:
-          - Konfirmasi. Kadang mitra bicara kita kurang jelas dalam bicara (contoh: taruh di sana, yang kemarin itu gimana?) oleh karena itu penting dilakukan konfirmasi.
-          - Refleksi: menyampaikan respon berupa hasil pemahaman terhadap pesan yg disampaikan.

-       Catatan penting: 
-          - Ketika seseorang sedang butuh diskusi dan dijawab dengan “terserah” itu menyebalkan.  
-          - Kadang orang hanya perlu didengarkan dan meluapkan emosinya, sehingga ia hanya perlu ditemani sambil diam.
-         -  Kesalahpahaman dalam memahami orang lain bisa jadi disebabkan oleh kegagalan mendengarkan dengan baik atau kesalahan memahami pertanyaan.
Contoh: Mengapa Dina makan lemper? -> dikira “Mengapa dinamakan lemper”
akibat: responnya salah
Begitu salah paham, hindari untuk saling menyalahkan. 
-        -  Mengerti dan menyetujui itu 2 hal yg berbeda. Mengerti tidak harus menyetujui. Yang penting mengerti dulu, setelah itu boleh menyetujui atau tidak asalkan dilandasi oleh pengertian. Misalnya: psikolog memahami pasien ingin bunuh diri, tapi tidak setuju atas (rencana) tindakan tersebut.
        
        Tips: 
1 1. Dalam berusaha mengerti, tundalah penilaian (judgement). Karena hambatan utk memahami orang lain adalah evaluasi dini. Caranya: kritis dulu pada diri sendiri, sadari bahwa sedang (akan) menilai. Kembangkan hipotesa: apakah butuh perhatian? Menguji konsistensi kita? 
   2.  Jika ada yg ngajakin ngomong saat Anda lagi capek: AMBIL JEDA.
   3. Pada saat-saat tertentu, diam mendengarkan lebih berharga dibanding nasehat atau ceramah kita.
   4. Nasehat atau ceramah itu seperti obat: caranya harus tepat, waktunya harus tepat, dosisnya harus pas, tidak boleh kadaluarsa.
   5. Vitamin manusia: pengertian dan penghargaan. 
         
       Tanggapan penghambat percakapan:
Orang lain akan merasa TIDAK DIMENGERTI ketika Anda:
-          - Mengalihkan pembicaraan, menganggap mudah, menyepelekan
-          - Memaksakan pendapat
-          - Mengancam, menakut-nakuti
-          - Menceramahi, memberikan khotbah
-          - Menghakimi, menyalahkan
-          - Mencemooh, membuat malu
-          - Menebak-nebak, sok tahu


No comments:

Post a Comment