Tuesday, April 29, 2014

TB Bisa Disembuhkan Bila Disiplin dalam Pengobatan

Tak perlu bertanya pada google apakah TB bisa disembuhkan karena dalam diri saya pun bisa ditemukan jawabannya. Waktu kecil saya divonis menderita TB paru-paru oleh dokter spesialis paru. Setelah setahun menjalani pengobatan dengan meminum puyer racikan sesuai anjuran dokter, alhamdulillah bisa sembuh. Presiden RI ke 3, B.J. Habibie, seperti yang diceritakan dalam film Habibie-Ainun pun pernah menderita TB tulang pada saat menempuh pendidikan di Jerman, namun akhirnya juga sembuh dan masih terus berkarya hingga kini.

APAKAH TB?
TB” adalah kependekan dari tuberculosis, yaitu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. TB menyebar melalui udara, ketika penderita TB batuk, berbicara, tertawa, bernyanyi atau bersin. Selain menyerang paru-paru, TB juga dapat menyerang organ tubuh lainnya seperti ginjal, otak dan tulang. Seseorang yang terinfeksi TB akan menunjukkan gejala-gejala berikut ini:
-          Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
-          Batuk dapat diikuti gejala tambahan:
o       Dahak bercampur darah
o       Batuk darah
o       Sesak nafas
o       Badan lemas
o       Nafsu makan menurun
o       Berat badan menurun
o       Malaise
o       Berkeringat di malam hari tanpa kegiatan fisik
o       Demam meriang lebih dari 1 bulan
Untuk memastikan seseorang betul-betul terinfeksi TB, atau jika seseorang tinggal bersama penderita TB, serangkaian proses pemeriksaan perlu dilakukan, seperti pemeriksaan dahak mikroskopis, tes darah, tes mantoux di kulit, roentgen di lembaga penyedia layanan kesehatan yang terpercaya.
Sebagai negara yang berada di peringkat 4 dunia untuk kasus penyakit TB setelah India, China dan Afrika Selatan, Indonesia memang memiliki tantangan di bidang kesehatan yang cukup serius. Setiap tahun di Indonesia terdapat 460.000 kasus baru dengan 67.000 pasien meninggal, atau sekitar 186 orang per hari hari. Tingginya kasus TB di Indonesia selain karena iklim tropis yang memungingkan bakteri berkembang biak dengan subur juga disebabkan oleh mitos yang beredar di masyarakat yang minim akses informasi bahwa TB adalah kutukan sehingga penderitanya harus dikucilkan. Padahal pasien TB seharusnya diarahkan, bahkan bila perlu diawasi agar berobat dengan disiplin karena TB sejatinya bisa disembuhkan.

PENGOBATAN TB
Berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis yang diterbitkan tahun 2011, pengobatan TB dilaksanakan dengan prinsip-prinsip berikut ini:
- Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam dosis tepat dan jumlah yang cukup sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
- Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan
sangat dianjurkan.
- Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)
o Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
o Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
o Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan
o Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
o Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

Contoh ilustrasi:
sumber: Buku Saku Kader Program Penanggulangan TB
2009

            Pengobatan tiap orang bisa berbeda tergantung kategori kondisi masing-masing pasien yang ditentukan dari hasil pemeriksaan. Dokter ahli akan memberikan resep obat bagi tiap pasien sesuai kategori TB yang diderita. Pasien juga perlu menyampaikan kondisinya pada dokter, terutama jika pasien tersebut sedang hamil atau menyusui, menggunakan alat kontrasepsi tertentu, menderita diabetes, memiliki keluhan di liver dan atau ginjal, serta kondisi-kondisi relevan lainnya.

KUNCI SUKSES SEMBUH TB
Dalam buku Change Anything, sumber pengaruh pertama dan utama dalam perubahan kondisi menjadi lebih baik adalah MOTIVASI PRIBADI, dalam konteks penyembuhan TB adalah motivasi pasien TB untuk sembuh total.
Sumber: Buku "Change Anything" (Kerry Pettersen et.al, 2011)

Tantangan terbesar dalam pengobatan adalah: meminum obat secara rutin dan disiplin bisa jadi tidak nyaman dan membosankan. Maka sebelum memulai 5 taktik berikut ini pasien perlu menerima kondisinya terlebih dahulu dan belajar menyintai obat yang ia benci:
          1. Kunjungi masa depan yang telah ditetapkan
Pasien TB perlu membayangkan betapa menyenangkannya kondisi saat ia SUDAH sembuh total, misalnya menjadi lebih produktif, bisa berkumpul bersama orang-orang tercinta, melakukan hobi yang ditekuni tanpa halangan lagi. Menurut saya reward berupa uang bagi pasien yang berhasil sembuh TB tak lebih berharga dibanding banyaknya hal-hal indah yang dapat mereka nikmati jika sehat dan hidup lebih produktif.
 2. Ceritakan seluruh kisah secara gamblang
Gunakan jenis bahasa yang gamblang dan tajam untuk melukiskan kemungkinan apa yang akan terjadi jika pasien melakukan pengobatan TB dengan disiplin, contohnya "Jika sudah sembuh, saya bisa tidur sekamar dengan istri saya lagi. Jika sudah sembuh, saya akan melakukan hobi ekstrim saya lagi."
 3. Gunakan kata-kata yang memiliki nilai 
Pilih kata-kata yang akan digunakan untuk menggambarkan perilaku vital, alasan ingin sembuh, prinsip apa yang dipertahankan, kualitas apa yang dipegang. Contoh:
"Saya disiplin meminum obat sesuai anjuran dokter hingga betul-betul sembuh, karena saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk mengupayakan indahnya kehidupan."
 4. Jadikan sebagai permainan 
Anggap langkah pengobatan yang dijalani setiap hari sebagai permainan dengan tiga unsur penting:
- waktu yang terbatas (contoh: menetapkan waktu dalam mengonsumsi obat,misalnya minum obat tiap kali selesai makan siang),
- tantangan kecil (contoh: konsumsi obat sesuai anjuran dokter, makan buah 2x sehari, makan sayur 3x sehari)
- skor (contoh: angka penambahan berat badan)
Ketiga unsur tersebut dapat mengubah kekhawatiran pasien terhadap kesehatan jangka panjangnya menjadi permainan yang memikat dan memotivasi.
5. Buat pernyataan motivasi pribadi
Keempat langkah sebelumnya perlu dituliskan oleh tiap pasien, yang bisa selalu dibaca untuk mengubah perasaannya menjadi lebih baik ketika ia membutuhkannya. 
 
Sayangnya banyak penderita TB setelah merasa kondisinya membaik malah menghentikan pengobatan padahal seharusnya tetap dilakukan hingga masa pengobatan berakhir, yaitu setelah 6 bulan hingga 9 bulan, tergantung kondisi pasien. Kelalaian seperti ini menyebabkan kuman yang berada di tubuh mereka menjadi kebal terhadap obat, khususnya Rifampisin dan Isoniazid atau yang sering disebut Multi Drug Resistance (MDR). Untuk penderita TB yang kebal terhadap obat diperlukan pengobatan dengan tingkatan yang lebih tinggi, dengan jumlah obat yang lebih banyak, waktu penyembuhan yang lebih panjang, serta efek samping yang lebih kuat. Waktu penyembuhan untuk TB jenis MDR ini adalah 2 tahun.
Oleh karena itu, siapa pun yang merasa mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas, perlu memeriksakan diri ke dokter di pusat pelayanan kesehatan yang terpercaya. Pengobatan TB sesungguhnya adalah upaya yang bukan hanya bertujuan untuk menyembuhkan pasien dan mencegah kematian tetapi juga mencegah penyakit tersebut kambuh, memutus rantai penularan di masyarakat dan mencegah kuman menjadi kebal terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Kabar baiknya, pemerintah Indonesia telah menyediakan obat-obatan ini di tiap Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) GRATIS. Yang tak kalah penting, penderita TB juga perlu meningkatkan kesehatan dirinya dengan cara mengonsumsi makanan dan minuman dengan gizi seimbang, seperti sayur dan buah segar, kacang-kacangan, lauk pauk hewani dan nabati, bahkan bila perlu vitamin-vitamin tambahan seperti vitamin C.
Sumber: dari sini
MARI BASMI TB
Berbagai upaya dan program pengendalian TB di Indonesia telah dilakukan dengan hasil 800 ribu penderita berhasil diselamatkan dari kematian dan 2,1 juta pasien TB disembuhkan hingga tahun 2013. Agar jumlah penderita TB semakin menurun, pemerintah melalui Departemen Kesehatan dapat membuat iklan di media untuk meyakinkan bahwa penyakit TB bisa disembuhkan khususnya melalui media televisi yang menjangkau audiens paling banyak. Penekanan isi iklan tersebut berupa testimoni dari mantan para penderita TB, terutama para figur publik yang sudah sembuh. Acara berupa talkshow rutin yang dihadiri dokter ahli yang membahas seputar TB juga akan semakin mengupas masalah kesehatan yang satu ini dengan lebih komprehensif. Apalagi jika dalam acara tersebut disisipi sesi tanya jawab dengan para penonton.

Selain upaya-upaya di atas, dukungan masyarakat pun sangat penting dengan cara turut menemukan penderita TB, menyebarkan informasi mengenai pentingnya pengobatan, serta memberi semangat pada orang-orang di sekitarnya yang sedang menjalani pengobatan agar selalu disiplin. Bagi Anda yang masih sehat, terus jaga kesehatan kita dengan cara makan makanan yang bergizi seimbang, rajin berolahraga dan selalu putuskan untuk berbahagia. Pada jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat. Karena mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat lahir dan batin adalah tugas kita bersama, maka bagikan informasi mengenai TB ini kepada kerabat dan sahabat. Untuk memeroleh informasi lebih detail mengenai TB, silakan mengakses:
Web               : www.tbindonesia.or.id
Facebook       : Stop TBIndonesia
Twitter           : @TBIndonesia

Referensi:
- Buku Saku Kader Program Penanggulangan TB 2009, Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
- Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2011, Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
- Kerry Patterson, Joseph Grenny, David Maxfield, Ron McMillan, Al Switzler. Change Anything: Ilmu Baru untuk Meraih Kesuksesan (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013)
- www.tbindonesia.or.id
- www.depkes.go.id
- http://www.cdc.gov/tb/topic/treatment/ltbi.htm

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog di http://blog.tbindonesia.or.id/ 


22 comments:

  1. Pengalaman menjadi penderita TB di masalalu bikin kami aware terhadap penyakit ini. Aku inget banget dulu, Dhya.. Tiba2 kelenjar tiroid di bawah daguku membengkak sampai sebesar telur ayam kampung. Waktu itu aku masih kuliah, dan memang pola makanku serampangan, ditambah sering pulang malam/ dini hari karena ikut kegiatan himpunan mahasiswa.

    Setelah diperiksa dan di rontgen serta test dahak, ternyata aku kena TB. Pengobatannya sampai 9 bulan waktu itu. Ditambah aku minum jus pegagan tiap hari. Untungnya ada ibu penjual sayur yang dengan semangat menyediakan pegagan setiap hari untukku.

    Setelah pengobatan selama 9 bulan+jus pegagan setiap hari itu, aku dinyatakan bersih dari TB.

    Tapiii... Entah kenapa setelah punya anak, ternyata anakku dinyatakan positif TB juga. Waktu itu aku curiga, koq BBnya sulit naik, batuk berdahak hampir 2 bulan meski sudah diobati baik dengan herbal (jeruk nipis-madu/ rebusan daun sirih) juga berobat ke dokter. Akhirnya tak cek ke dokter ahli paru, qodarullaah anakku kena TB.

    Awalnya cukup sulit meminumkan obat pada anakku, saat itu usianya masih 2thn. Meminumkan obat seperti perang dan full drama. Syukurlah kesini-sininya mungkin karena sudah berkompromi dengan rasanya, dia dengan suka rela meminumnya bahkan kadang nagih.

    Selain obat TB dari dokter, anakku juga ku buatkan air rebusan ceker ayam kampung, konsumsi habbat, propolis, madu.

    Alhamdulillaah 6 bulan berselang, dokter menyatakan paru2nya bersih. Berat badannya pun mulai naik meskipun ga terlalu signifikan karena sepengalamanku, anak2 yg pernah kena TB BBnya agak seret naik.

    Saat ini kami benar2 menjaga gaya hidup dan pola makan kami. Kalau kata DSA yg menangani anakku, TB itu gampil mengatasinya, cukup dengan doyan makan enak bergizi, hati riang gembira, cukup istirahat dan menjaga kebersihan.

    Semoga penderita TB di Indonesia semakin berkurang, anak-anak Indonesia semakin sehat dan sejahtera.. Aamiin

    FB: Rani Rhapsody

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks for sharing mbakyu Rani. Smoga kita smua sehat selalu ya.

      Delete
  2. Menjadi penderita TB positif juga pernah aku alami mbak, meskipun usia sudah 20an cuma awal memulai pengecekan harus berantem dulu sama bapak, karena menurut pemahamanku saat itu, penderita TB hanya pada kalangan dengan lingkungan kumuh, sementara rumah tempat tinggalku jauh dari kata kumuh. Makanya awal2 aku beranggapan hanya batuk dan kecapekan kuliah dan kerja saat itu, tapi selama berbulan2 batuk tak kunjung sembuh, makan juga tak napsu, dan berat badan semakin turun sampai 9kg. Akhirnya pertahananku jebol dan nurut untuk tes paru dan dokter menyatakan paru ada flek dan terkena TB. Pengobatan selama 6 bulan juga merupakan penderitaan yang tidak mudah dilewati, tapi puji tuhan setelah 6 bulan menelan pil setiap hari, aku dinyatakan sembuh dari penyakit itu, dan hasil selanjutnya berat badan jadi naek, badan jadi kembali segar…
    Sekarang setelah pernah menjadi penderita jadi peduli dengan TB bahwa TB bukan hanya dari lingkungan juga dari penyebaran dari udara, oleh karena itu sekarang lebih meningkatkan antibody biar gak gampang terjangkit penyakit…

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mba.penting bgt menjaga kekebalan tubuh biar selalu sehat.trimakasih sharingnya ya

      Delete
  3. Sebenarnya semua kunci kesehatan itu adalah ikhlas dan ridho Nya.
    Untuk mencapai tahap ikhlas maka perlu melalui proses dalam tahap yang panjang. Yang sumbernya dari dua yaitu internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan,keluarga teman). Hal itu dikolaborasikan dengan ridho Alloh.
    Hablumminallah dan hablumminannas
    Demikian komentar saya semoga ikhlas...
    ~dr R.Angga Wijaya Sp.KK

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah berkenan mampir memberi tausiyah :D

      Delete
  4. Banyak masyarakat Indonesia yang saya yakin masih awam soal TB ini, padahal TB ini adalah penyakit di negara berkembang seperti Indonesia. Info ini ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti dan runtut. Mugkin perlu ditambahi sedikit detail lagi di sini mengenai pengakan diagnosis TB juga, di mana dapat memeriksakan diri, apakah sudah ada layanan khusus di puskesmas2, dll.
    Karena banyak juga yang hanya mengalami batuk-batuk beberapa minggu atau demam berkepanjangan kemudian parno duluan soal TB. Padahal belum tentu. Perlu diketahui juga bahwa jika ada yang mengalami hanya sebagian gejala-gejala yang dituliskan diatas itu belum tentu juga TB. Demam berkepanjangan pun dapat mengindikasikan berbagai penyakit selain TB.
    Soal test TB, saya pernah (hanya) mendengar dari beberapa dokter bahwa tes mantoux itu tidak dapat begitu dipercaya di Indonesia karena sebagian besar orang mungkin sudah memiliki kuman TB yang dorman meski belum dapat disebut dengan penderita TB (tapi ini perlu referensi lanjut dan konfirmasi ahli).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener soal gejala TB. Tergantung jenis TBnya jg. Temen ada yg kena TB tulang belakang gejalanya ga ada batuknya :D
      Kalo utk TB paru sih klo ga salah tes dahak yg utama.didukung rontgen&tes darah.mantoux kayaknya ngga mutlak perlu.cmiiw

      Delete
  5. Menurut saya yang paling susah adalah meningkatkan kreativitas orangtua dalam ikut andil menyembuhkan TB pada anak. Selain harus punya berbagai cara untuk membujuk anak untuk patuh minum obat yang tidak enak rasanya, juga berpikir keras untuk menyediakan asupan makanan bergizi yang variatif dan disukai anak. Karena pada dasarnya, obat hanya membantu membunuh bakteri, yg paling berpengaruh adalah imunitas tubuh itu sendiri yang berperang melawan penyakit. Sedangkan di Indonesia, TB identik dengan masyarakat kalangan menengah kebawah yang kurang berpendidikan dan kurang mampu untuk mencukupi gizi yang baik pada anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener bgt Dokter Ima. Problematika kesehatan dan kemiskinan saling terkait. Tp kalo soal penerapan gizi seimbang bukan brarti ga di alami kelas menengah ke atas. Ngga sedikit juga anak2 yg susah maka buah&sayur,bukan karna ngga disediakan sama ortunya atau ngga mampu belikan.tp sebagian karna kekenyangan susu dan junk food.btw thanks udah bersedia nimbrung ya Dok

      Delete
  6. Aku tidak pernah mengalami TB tapi suamiku waktu jaman kuliah pernah kena, dan sudah berobat sampai sembuh.Alhamdulillaah...:)
    Artikelnya bagus....:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah nambah 1 kesaksian lagi.moga2 suami teh Dina sehat terus ya

      Delete
  7. Salah satu kendala pemberantasan TB di Indonesia adalah karena kepatuhan minum obat yang rendah para penderita TB. Padahal, TB bisa disembuhkan asal minum obat teratur. Dibutuhkan edukasi ekstra kepada para penderita TB. Perlu digencarkan juga sosialisi kepada masyarakat tentang TB.
    Artikel yang lengkap dan sangat bermanfaat. Terus berkarya ya bunda. Semoga bermanfaat bagi umat.

    - dr. Adika Mianoki - (www.kesehatanmuslim.com)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. semoga artikel ini bermanfaat bagi sebanyak2nya umat ya.
      Terimakasih dr.Oki sudah berkenan mampir di tengah kesibukan sbg dokter yg jg memimpin www.kesehatanmuslim.com

      Delete
  8. ranoirmawan@gmail.comMay 3, 2014 at 4:26 PM

    informasi yang penting yang harus ditanamkan pada masyarakat indonesia.. karena saat ini sudah cukup banyak yang menderita TB MDR (Multiple Drug Resistant). kenapa orang berhenti minum obat TB? karena biasanya setelah beberapa bulan minum obat, perubahan sudah dirasakan seperti berat badan naik, makin segar, tidak batuk, dsb. itulah yang membuat pasien tidak minum obat.
    selain itu hal ini juga harus disertai dengan penggiatan vaksin BCG yang berfungsi untuk mencegah TB. jadi bukan hanya mengobati, namun juga prevensi.
    salut kepada bu adhya yang sudah membuat tulisan seperti ini, karena tugas ini bukan hanya tugas insan medis saja, namun juga tugas masyarakat seluruhnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih banyak yang mengira tidak batuk artinya sudah sembuh padahal tahap pengobatan belum selesai ya Dok. Terimakasih dr. Rano sudah turut berkomentar di sini. Memang saling mengingatkan dan mengajak berbuat kebaikan adalah tugas kita bersama ya

      Delete
  9. Penanganan TB tidak bisa dilakukan parsial. Dalam pandangan saya, peran lintas departemen harus dilakukan. Mengapa? Karena ini bukan hanya persoalan individu, namun juga sosial dan struktural. Dalam tulisan ini sudah dipaparkan bagaimana perubahan di tingkat individu (lingkar pengaruh) terdekat dilakukan untuk tindakan kuratif TB. Tentu selanjutnya bisa dipahami bahwa desain rumah (struktur), pola makan (budaya), sikap komunitas (sosial) juga berperan besar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Beb. memang penanggulangan TB butuh kerja sama banyak stakeholder.

      Delete
  10. TB sudah menjadi masalah global yg memerlukan penanganan nasional di tiap negara. Dengan Indonesia ada di 4 besar jumlah penderita TB yg hal itu disokong pula oleh kepadatan penduduknya dan tingkat kemakmuran penduduknya (lihat cina india afsel), teramat penting utk menananmkan prevensi dan pola hidup sehat sebagai benteng pertahanan utama terhadap serangan kuman TBC. Diperkirakan 80 persen masyarakat INA kemungkinan pernah terpapar kuman ini. Namun hanya 5 persen yg berkembang menjadi benar2 sakit. Pertahanan tubuh sangat berperan.

    Untuk itu yg namanya perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting ditanamkan. Salah satu ppin dlm PHBS tsbt adalah utk ortu tidak merokok pun di dlm rumah. Memang kaitan antara merokok dan kejadian TB perlu dipelajari lebih jauh.namun dengan merokok paru2 dan sistem kekebalan kita akan lebih lemah.

    Dan...dengan anggaran kesehatan kita yg masih dbwh 5% APBN vukup berat pula utk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Karena tidak hanya di Jawa yg padat penduduk. Di luar Jawa pun penderita TB sangat banyak. Umumnya karena tingkat kesehatan serta pendidikan dan pemahaman akan TB yg rendah.

    Apabila ada saudara.teman.atau tetangga yg anda curigai memiliki gejala2 yg sudah disebutkan bu Adhya di uraian di atas, tidak perlu sungkan utk memberitahu org tersebut dan mengarahkan ke pelayan kesehatan tingkat pertama (Puskesmas).

    Semoga bermanfaat.
    dr.Anang P.Atmojo,
    Dokter PTT Kepulauan Natuna

    ReplyDelete
  11. Saat ini istri saya lg berobat jalan untuk 6bulan. Setelah dinyatakan kena tb paru..kata dokter yg menangani ini bagus belum terlalu parah udah terdeteksi krena cepat memeriksakan ke dokter. Dan dahaknya pun tidak berdarah..alhamdulilah ini udah berjalan 1,5bulan..dan keaadanya pun mulai membaik nafsu makan bertbah bb berangsur naik...minta doanya ya semoga Allah angkat penyakit ini sembuh tidak berbekas....amiiiin

    ReplyDelete