Sunday, May 11, 2014

Bermain dari Sudut Pandang Anak-anak


Rinso dalam #KidsTodayProject bekerja sama dengan Robin Smith, seorang perancang dan penemu teknologi, mengerjakan proyek keren berupa alat untuk memotret dunia dari sudut pandang anak-anak. Alat yang diletakkan di kepala anak ini menemukan cara pandang anak-anak:
- Betapa besarnya dunia bagi anak-anak 
- Betapa sederhana cara berpikir mereka
- Pengertian mereka mengenai ruang sangat berbeda
- Anak-anak dekat dengan benda-benda di sekitarnya melebihi orang dewasa melakukannya
- Anak-anak sangat fokus pada hal-hal yang tidak biasa. 

Selengkapnya bisa disaksikan dalam video ini:

Video tersebut menyadarkan saya, dengan bermain anak-anak dapat bersenang-senang dengan hal-hal di sekitarnya, memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. Tak jarang cara berpikir mereka malah lebih maju dan kreatif dibanding saya. Ini lah beberapa contohnya: 

1. Memanjat lemari baju

Bimo (13 bulan) anak kedua saya sedang mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Tak perlu jauh-jauh ke pusat kebugaran, dia justru memanfaatkan lemari baju di rumah untuk memanjat. 
Saya: deg-degan, sambil mengawasi 
Bimo: panjat terus.. aku ingin melihat apa yang ada di atas lemari bajuku.

Kedua anak saya juga punya sudut pandang yang sama terhadap lemari baju: mengeluarkan semua baju dari lemari adalah permainan yang menyenangkan. 
Saking seringnya membuat lemari baju berantakan, pernah suatu hari saya curhat pada ayahnya anak-anak betapa capeknya saya. Jawabnya "Bunda yang sabar ya. Maaf ya ayah belum bisa menyediakan sarana bermain lainnya." Seketika saya menangis dan tersadar betapa ternyata untuk bahagia sungguh sederhana caranya. 

2. Homemade Ride-on Toys

Sudut pandang saya: Ember untuk memandikan anak-anak 
Sudut pandang anak-anak: Ember adalah "odong-odong", mainan yang ditunggangi dengan cara diposisikan berdiri, lalu bisa digoyang-goyangkan dengan menjejakkan kaki.

Sudut pandang saya: kotak container digunakan untuk menyimpan barang-barang.
Sudut pandang anak-anak: Kotak container adalah mobil-mobilan yang menyenangkan sekali jika berada di atasnya lalu didorong ayah berkeliling di dalam rumah. 

3. Stetoskop, Bukan Kalung 
Untuk mengisi kegiatan di rumah biasanya saya dan Almira membuat kerajinan tangan bersama-sama, contohnya karton bekas core tisu gulung dipotong-potong lalu dirangkai menjadi ... (menurut saya) kalung. Tapi pemikiran Almira sungguh di luar dugaan saya. Dia menggunakan hasil kerajinan tangannya tersebut untuk memeriksa punggung adiknya sambil berkata "ini buat priksa-priksa. kayak dokter."
Oooooo... jadi menurut Almira yang saya maksud kalung tadi bagi dia adalah stetoskop! 



4. Ayunan Tak Selalu Harus Diduduki 

Kalau saya disuruh main ayunan di usia sekarang ini pasti akan duduk manis lalu menghentakkan kaki agar ayunan bergerak maju mundur. Bagi Almira ada cara lain: letakkan dada di ayunan lalu "terbaaanggg."






Allah mengajari saya bahagia dengan cara-cara sederhana, dari maha guru saya: anak-anak. Tak selalu perlu mainan mahal untuk sarana bermain. They are thinking out of the (my) box. Anak-anak mampu melihat yang tidak saya lihat, berpikir yang tak terpikir oleh saya. 
Menurut web ini, kreatifitas muncul dari pengetahuan, keingintahuan, imajinasi dan evaluasi. Semakin besar dasar pengetahuan dan tingkat keingintahuan, semakin banyak ide, pola, dan kombinasi yang mampu dihasilkan anak-anak di masa depan, yang berkorelasi pada kemampuannya dalam menghasilkan produk-produk dan jasa yang baru dan inovatif.  

DOA SAYA:
 Bermain -> mengembangkan kreatifitas -> menghasilkan ide-ide baru & inovatif -> generasi penerus Indonesia yang memajukan negara dengan pemikiran yang menjawab solusi bagi permasalahan yang ada dengan cara-cara yang mungkin belum terpikiran sebelumnya. 

Referensi: 
http://www.huffingtonpost.com/daniel-burrus/creativity-and-innovation_b_4149993.html 

Baca juga tulisan terkait lainnya:
Kembalikan Dunia Bermain bagi Anak-anak

Wajah Bermain Sebanyak Anak-anak Ingin 

Artikel-artikel tersebut di atas diikutsertakan dalam #KidsTodayProject yang diselenggarakan @MIssResik dan www.theurbanmama.com

18 comments:

  1. Nawri Yulan Yulinda AlbadruMay 12, 2014 at 2:27 AM

    Setuju, bermain merupakan salah satu cara melatih dan mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak..

    Saat ini masih punya PR untuk membuat si kecil lancar berbicara, padahal sudah tak sabar melihat si kecil bisa bermain peran sesuai imajinasinya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya jg lagi nunggu Bimo bisa ngomong nih. Pasti makin seru ya kita jd punya temen2 ngobrol di rumah dgn sudut pandang yg berbeda

      Delete
  2. Wah belum lagi kalo udah gedean dikit terus kenal game itu :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang pun udah kenal game di tablet Om. Tapi "screen time" cuma boleh pas libur dan waktunya dibatasi. Lagian untungnya Ira cepet bosen sama gadget. Ga pernah betah statis di depan layar.

      Delete
  3. Sangat setuju bahwa bahagia sungguh sederhana caranya..gak perlu mainan mahal untuk melihat senyum menyungging di bibirnya, cukup dg apa adanya barang2 dirumah bisa lebih merangsang kreatifitas dan imajinasi mereka..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang mahal kadang justru kemauan kita menerima kenyataan kurang menyenangkan (bagi kita) seperti: kotor, berantakan, rusak :D

      Delete
  4. Bermain itu menyenangkan.. Bahkan ngajari kita think out of the box.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih udah mampir & mengomentari ya Bu Psikolog. Memang ya..anak2 itu jadi bikin ibunya sadar sebagai orang dewasa malah membatasi "kotak pemikiran" kita sendiri :(

      Delete
  5. Mainan anak-anak itu ternyata sederhana.

    Mengapa? Ketika dibelikan mobil remote, robot yang bergerak kaki dan tangannya, yang menurut saya, sebagai orang tua, akan membuatnya betah bermain, begitu membosankan.

    Lebih menarik bagi mereka untuk mengeksplorasi remote (dan melepas antena remote), memahami roda dengan mencoba melepasnya juga, atau bahkan diluar dugaan saya....memberi makan pada robot itu.

    Salam, @MasNovanJogja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beliin robot&mobil remot kan modus,karna ayah pengen main jg? Hehehe

      Delete
  6. setuju banget mba... dunia anak adalah dunia bermain, belajar anak dengan cara bermain...

    Dengan mainan yang ada di sekitar dan membuat mainan dari barang bekas ataupun yang mudah didapatkan membuat anak lebih kreatif

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba.kita sbg ortu jg jd belajar kreatif dr anak :D

      Delete
  7. Yang nomer dua itu sama banget, Mbak :-D. Kalau yang nomer empat masih belum berani nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. dari comment2 mba Leila jadi makin yakin kalo sudut pandang anak2 itu (kurang lebih) sama ya

      Delete
  8. ikut mengamini doanya dhya..karena masa anak-anak adl masa bermain,dan harus curiga kalo ada anak sukanya belajar hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. trimakasih. akhirnya ada yang mengamini doaku (secara tertulis)

      Delete
  9. drg_anita@yahoo.comMay 14, 2014 at 7:33 PM

    Anak2 yg bahagia di masa kecilnya tentu akan mempengaruhi kondisi psikologis anak di masa dewasanya nanti.. Jadi ya memang masanya anak2 adalah masa bermain tidak usahlah dibebani dengan tuntutan2 yg sebenarnya itu adalah keinginan orang tua thd anak. Bebaskan anak bereksplorasi dan berimajinasi,yang penting sebagai orang tua tetap mengarahkan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup.setuju Dok.orang tua mengarahkan jika permainannya mulai mengarah ke bahaya ya

      Delete